Kumpulan Berita dan Info unik yang ada di sekitar kita

Jejak keberadaan manusia bernama Si Raja Singa agung

Apa yang terjadi, kalau ada manusia Singa ?

Manusia adalah manusia, sedang hewan meskipun sesekali bisa ber-tingkah seperti kita, maka tetap lah tak bisa disamakan. Namun kalau manusia dalam titik tertentu berperilaku seperti hewan tertentu, maka dia tetap orang, namun bisa diberikan gelar menyerupai. Kalau sesuatu hewan itu dianggap baik, terus disematkan pada pribadi seseorang, maka itu bisa diambil sebagai pujian, namun sebaliknya bila binatang, nya hina, jelek, dan kotor, sudah jelas hal, tsb ; sebagai penghinaan.

Seperti kejadian anak kecil, semisal lagi kesal, dan saling mengejek, sbb ; anak A : "Dasar monyet !", dibalas sama anak B : "Bapak Lo yang monyet !!". Maka jelas bahwa binatang yang bernama monyet, adalah sesuatu yang tak elok, sebab anak A, dan anak B ; sehabis saling menghina Bapak-bapak, akhirnya bertengkar, lalu menangis. Sampai akhirnya si Bapak yang masing-masing dikatai monyet oleh kedua anak yang bertengkar datang, lalu saling melanjutkan perdebatan, namun kali ini si Bapak A : "Apa kau, Anjing ?!!", si Bapak B : "Muka kau, yang kayak Anjing !!". Lalu Bapak-bapak ini jadi ribut, dan bisa dilerai, saat ada Ketua RT, dan RW datang untuk memegangi mereka, juga langsung mendamaikan satu sama lain, agar tidak berlanjut ke ranah hukum di meja pengadilan. Sebab kalau sudah sampai sana, maka tak ada yang menang, sebab kepastian hukum di negara kita yang bernama Indonesia sangat buruk. Dimana cocok lah kata pepatah "Kalah jadi abu, menang jadi arang". 
 
Oleh karena itu kalau ada seseorang bernama Si Raja Singa agung, maka manusia, tsb ; sangat spesial. Sebab Singa adalah Apex Predator (Pemburu papan atas), dan banyak bangsa memakai lambang negara dengan hewan, tsb ; dikarenakan binantang satu ini sangat spesial, dimana prilaku asli nya sangat tidak takut bahaya, apalagi kalau sudah punya sasaran sebagai buruan, maka maut tidak ditakuti. Dengan demikian Singa adalah lambang keberanian untuk melawan sesuatu yang bertentangan dengan harga diri nya. Dan sebagai satu-satu nya kelompok kucing yang hidup berkelompok, maka kepala kawanan nya, yakni yang jantan akan menjadi tameng (pelindung) semua jantan lemah, betina, serta anak-anak nya yang masih kecil.

Dan setelah ditelusuri sampai sejauh ini, ada dia yang berketepatan diberikan gelar turun-temurun untuk memakai nama, tsb ; dimana yang bersangkutan juga kebetulan sudah dianugerahi kehormatan sebagai pahlawan di negara kita pada tahun 1961. 

Siapa dia ?
Siapa Bapak nya ?
Siapa yang tanya ?
Silahkan lanjut baca aja...
Jangan banyak bacot ya....
Karena ini hanya cerita dari seseorang....
 
Sisimangaraja XII
Sisingamagaraja XII

Bersumber dari wikipedia, bahwa Bapak diatas adalah seorang pejuang yang ikut melakukan kemerdekaan dari penindasan, dan upaya penundukan dari Negara Belanda. Sampai akhirnya Indonesia baru terwujud nyata, usai kumpulan bangsa-bangsa yang berbeda suku, ras, juga agama dari Sabang sampai Merauke bersepakat untuk bernegara. Dari banyak nya pahlawan, ada satu dari tanah Batak, dan cukup terkenal, bahkan suka dipakai buat nama jalan-jalan, termasuk di Jakarta. Dan dia itulah Sisimangaraja, dimana gambar diatas adalah keturunan yang terakhir ber-nomor XII. Beliau meninggal ditengah perjuangan nya, dan sebagaimana pejuang zaman dahulu punya kisah mistis berbeda-beda, yang bersangkutan kata nya juga kekuatan juga. 

Dipetik dari wikipedia "The title Si Singamangaraja which was used by the family dynasty of Marga Sinambela means The Great Lion King". Artinya bahwa gelar penamaan yang Si Singamangaraja dulu diberikan oleh keturunan dari keluarga Marga Sinambela yang berarti Si Singa Agung. Dan entah bagaimana penamaan itu bisa diterapkan, namun perlu diketahui dulu sebelum dibahas, inilah silisilah dari satu pahlawan dari negara kita ini. 

 
 
Terlihat diatas bahwa baru dari tahun 1570 ada nama gelar Sisingamangaraja I. Setelah ane telusuri ternyata tanah Batak tidak punya pemimpin tunggal secara mutlak, tetapi dipimpin oleh para Duke (di beberapa bagian Eropa lampau, sebelum menjadi kerajaan, ada seorang penguasa laki-laki dari sebuah wilayah kecil yang merdeka, dan punya aturan sendiri). Atau kalau di Jepang ada disebut Dimyo (adalah tokoh terkemuka Jepang, penguasa feodal yang, dari abad ke-10 hingga awal periode Meiji di pertengahan abad ke-19, para Penguasa sebagian besar Jepang dari kepemilikan tanah turun-temurun mereka yang luas), sebelum tunduk Shogun (Panglima Perang) yang dipilih oleh tuan (Kelak diakui sebagai Kaisar), karena punya visi besar untuk menjadikan mereka menjadi satu dalam Ke-raja-an.

Sebab dikutip dari blog milik Jadiman Hutapea (silahkan diklik sumber ini) yang merupakan cucu dari keturunan Sisimangaraja XII dalam sebuah wawancara ;  mengapa tidak ada yang meneruskan (menjadi) Sisingamangaraja ke - XIII ? Sebenarnya karena tidak ada yang meminta. Sebab jabatan Sisingamangaraja itu ditentukan oleh enam marga tadi. Biasanya dilakukan penunjukan di Onan Bale, Di Bakara. Biasanya dalam acaranya, dibunyikan gondang. Pengangkatan Sisingamangaraja juga selalu karena ada masalah genting; ada penyakit atau musim paceklik. Ketika itu menurut mereka hanya jabatan Sisingamangaraja yang bisa menyelesaikan masalah tersebut.
 
Jadi berdasarkan keterangan diatas, bahwa selepas Sisimangaraja XII meninggal dalam sebuah pertempuran dengan Belanda, usai dilakukan pengepungan, dimana beberapa putera nya ternyata berhasil lolos dari penangkapan oleh musuh, dimana akhirnya satu anak perempuan nya, dan dua orang putera nya yang masih mengikuti nya mati tertembak, lalu spontan Bapak ini malah memeluk anak perempuan nya yang masih sekarat, padahal dia menganut agama Parmalim (Malim artinya ke ke kudusan, dengan anutan hampir mirip agama Yahudi, dan sedikit mirip Muslim, karena berpatang terkena, atau me-makan daging babi, dan bisa menjadi najis, bila terkena darah), maka kesaktian - nya gugur, sehingga peluru-peluru yang sebelum nya tak tembus, mulai mampu menerobos tubuh nya, dan terus ditembak sampai dia dinyatakan meninggal.
 
Demikianlah jejak riwayat keberadaan manusia yang dinamakan Si Raja Singa agung, meski berakhir tragis, dan belum bisa menuntaskan niatan tujuan untuk memperoleh kemerdekaan semasa hidup nya, namun nama nya masih harum, sebab makam beliau masih sering dikunjungi oleh banyak kalangan, terutama para wisatawan yang mampir ke Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. 




 
 
 














Share on Google Plus

About Solidious

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar