Kumpulan Berita dan Info unik yang ada di sekitar kita

Bukan ada dua !! Tetapi hanya ada satu-satu nya di Dunia, fenomena api biru yang muncul dari kawah Gunung berapi Ijen

Usai admin Gelitikinfo membuka beberapa artikel untuk sekedar melakukan riset dari berbagai sumber, mulai dari Travel blogger dari berbagai macam wisatawan manca negara, sampai akhirnya menuju pada hasil temuan dari mesin pencari google lain nya, maka didapati banyak salah kaprah artikel milik travel detik, kompas, kumparan, bobo, dsb ; tentang "Hanya ada dua di dunia", padahal cuma satu. Sebab ketika admin melakukan penulusuran, tidak akan ditemui blue fire, atau secara literasi api biru yang sama seperti pada kawah Ijen, di negara Islandia, baik itu dalam bentuk artikel, maupun gambar. Yang ada hanya sebuah hasil penelusuran dengan nama yang sama, tetapi tidak ada relevansi nya, sebab yang bernama "Blue Fire" + "Megacoaster", adalah sebuah wahana roller coaster ( kereta luncur ) yang terletak di Europa-Park ( Iceland ). Memang juga benar ada api biru yang lain, tapi bukan dari negara Eropa Utara itu, tapi ada di benua Afrika, dekat wilayah negara Ethiopia yang berbatasan dengan negara Eritrea, dan negara Djibouti. 

Tempat yang bernama The Danakil Depression, tidak terletak di dataran tinggi seperti api biru yang muncul dari kawah di Gunung Ijen, tetapi ada di patahan tiga negara. Depresi danakil bahkan berada disekitaran padang gurun, dia bisa terbentuk, karena benturan lempengan yang tertekan ke bawah, sehingga lebih rendah dari area sekitarnya. Melalui proses panjang dari aktifitas geolgi berupa tabrakan tiga lempeng tektonik yang kompleks, dan telah berkembang terus, akhirnya sampai bisa memicu keretakan sampai perut bumi yang memunculkan aktivitas vulkanik dipermukaan, itulah kenapa dia disebut depersi. Jadi akibat dibenturkan terus, dia jadi kena mental, sehingga semakin menurun ( down ) ke bawah terus. Kasihan ya... Semoga depresi nya cepat sembuh.  

The Danakil Depression ( Malam hari)
The Danakil Depression ( Siang hari )

Sungguh sangat membagongkan ( heran, juga kesal ), bahwa portal media, dan berita ternama, bisa meluncurkan artikel yang tak ditelusuri lebih mendalam tentang kebenaran, dan ke-absahan tulisan para Mas / Mba admin yang terhormat nya. Mungkin sama seperti admin Gelitik yang belum pernah ke Islandia, maka mereka hanya menerka-nerka dari cuma baca, terus copy, edit, lalu kirim begitu aja. Ehm, tapi yasudahlah, namanya manusia, tak ada yang sempurna, pasti ada salah nya. Tinggal kita yang menjadi penyimak, harus lebih ekstra teliti dalam mencari ilmu di Internet. Jangan keseringan telan tahu bulat yang digoreng dadakan. Tetapi lebih sesekali nikmati tahu gejrot, yang dikasih kuah sambal 100 biji, sehingga makan nya wajib pelan-pelan, dan hati-hati.  

Oleh karena itu terkadang, agar lebih spesifik, tempat bernama Ijen, sesekali di Internet sering dinamai Gunung lahar biru ( Blue lava mountain ). Meski sebenarnya bukan lahar biru, sebab itu adalah warna api yang keluar dari sela-sela pinggiran kawah, Fenomena "Blue Fire" sendiri sangat mudah dijelaskan secara ilmiah. Dari yang admin baca, bahwa itu sebenarnya adalah hasil dari pembakaran gas belerang yang menguap di udara. Lebih rinci lagi, supaya admin tidak diangap mengada-ada, maka dikutip dari portal website milik National Geographic, seorang Fotografer asal Paris, bernama Olivier Grunewald, yang selama beberapa waktu pernah mendokumentasikan Gunung berapi Ijen di Indonesia, mengatakan fenomena api biru berasal dari gas-gas yang muncul dari retakan kawah ber-tekanan tinggi, dengan suhu panas yang bisa sampai 600 ° celcius. Dimana saat mereka bersentuhan dengan udara yang mengandung uap asam, dan juga telah bercampur dengan endapan logam dari dasar danau, hal itu mematik gas panas membakar semua elemen, sehingga memunculkan api berwarna biru, yang bahkan bisa setinggi hingga 5 meter.

Tak kalah menarik dari Blue fire yang ada dipinggiran kawah pada Gunung Ijen, dimana para wisatawan, baik lokal maupun asing sering rela mengorbankan tenaga ditengah cuaca dingin, cuma karena ingin melihat pemandangan, yang hanya bisa dilihat jam 01:00 - 04:00 dini hari, sebenarnya ada sisi lain tak kalah indah nya, yakni Danau kawah Ijen. Sebab menurut beberapa orang untuk melihat api biru bukan merupakan sesuatu hal yang spesial, sebab tinggal ke dapur, maka ketemu. Beberapa dari mereka, tidak antusias untuk melihat api, dan malah hanya ingin untuk melihat danau hasil letusan kawah gunung Ijen yang terisi cairan berwarna hijau yang memenuhi bagian dasar nya. 

Dari halaman wikipedia.org, dunia memberikan gelar bagi nya sebagai danau yang berisi asam klorida terbesar di dunia. Terletak antara kabupaten Bondowoso, dan Banyuwangi, barusan dapat info kemarin ada yang mengukur kedalaman nya, katanya ± 200 meter, dan ± luas nya ± 5.466 hektar diatas ketinggian 2.368 mdpl ( dari atas permukaan laut ). Bersebelahan dengan tambang belerang tradisional, yang mana masyarakat setempat nya sering mengambil cairan kuning yang sudah mengeras menjadi bongkahan berbau seperti Poop / Bab / atau Eek ðŸ’©, untuk dibawa turun untuk dijual kepada pengepul, semakin membuat Gunung Ijen semakin terlihat sangat indah, sebab ternyata ada banyak aktifitas kehidupan di tempat yang sulit untuk dijangkau, oleh anak perkotaan yang doyan ke party, atau pantai, yang suka slow-slow, tanpa mau usaha dengan mendaki naik ke atas hampir 2,5 jam untuk menikmati satu keindahan dari Yang Maha Kuasa ini. 


Dikutip dari ijenexpeditiontour.com kawah Ijen telah menjadi tambang sejak tahun 1968, dan kalau berkesempatan kesana, anda akan bertemu dengan sejumlah penambang yang berusia paruh baya ( setengah umur manusia, yakni antara usia 40 sampai 50 tahun-an ), bahkan yang sudah sepuh masih kuat mengangkut sekeranjang penuh belerang yang beratnya mencapai 200 pon ( ± 100 kg ). Dan yang mencengangkan katanya lagi nih, bukan kata admin, bahwa dalam satu hari, mereka bisa naik turun dua sampai tiga kali. Dengan perhitungan pendapatan tahun 2021 saat kutipan artikel ini ditulis, dimana per-kilo dihargai Rp 800, maka dikali 100 kg, total bayaran Rp 80.000 sekali jalan, dan kalau bisa dua kali Rp 160.000, kalau tiga kali hitung sendiri, tapi kalau ada yang empat kali, mungkin sudah mati, karena kalau besok hari masih hidup, menurut admin ; si Bapak lagi mau memperpendek umur, karena terlalu memaksakan diri. Dikatakan di artikel yang sama Para penambang lebih suka mengambil belerang dengan resiko tinggi, sebab usai bertani, atau berkebun, ketika menunggu panen, semua hal urusan ladang ditinggalkan ke istri, dan anak-anak, jadi dari pada bangun pagi bengong-bengong ngopi, merokok, ngerumpi di arisan bapak-bapak sekomplek, terus bobo lagi, mereka lebih memilih produktif untuk mencari uang demi masa depan keluarga. 


Sungguh salut admin mendengar perjuangan para Bapak penambang tradisonal di Gunung Ijen, semoga berkah ya, dan punya kebijaksanaan, supaya sehat selalu, dengan sering minum jamu, atau sesekali larutan tolak angin. Kami dari tim Gelitik berharap juga, para kepala keluarga itu dikasih hikmat oleh Tuhan untuk mengerti batasan, agar tidak pernah memaksakan diri. Amin.

Sekian dulu dari gelitik info. 
Terima kasih kalau ada yang mau sudi membaca.

Share on Google Plus

About Solidious

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar